Ketika dia masih bersekolah, banyak orang yang mengira karyanya merupakan lukisan feminin yang berukuran kecil. Mereka juga mengira dirinya akan menghasilkan gambar-gambar yang lucu.
Oleh karena itu, dia konsisten dengan gaya lukisan yang abstrak dan sangat berstruktur. Hal ini dia lakukan dalam upaya untuk menghapuskan stereotype tersebut.
Pameran tunggal di Indonesia
Pada November 2017, Sinta pulang ke Indonesia untuk menggelar pameran tunggal pertamanya di Jakarta yang berjudul “A House in Bali”. Sebelumnya, dia selalu berpartisipasi membawa beberapa karya dalam pameran seni.
Kali itu, dia mengatakan karyanya terinspirasi dari buku karya Colin McPhee, seorang komposer asal Kanada yang pada tahun 1946 menulis buku A House in Bali.
Buku tersebut bercerita mengenai perjalanan Colin ke Bali ketika dia ingin mencari tahu lebih banyak tentang gamelan Bali.
Usai mengunjungi Bali, Colin kembali ke negara asalnya dan berusaha menggabungkan gamelan Bali dengan musik barat yang merupakan akar ilmunya.
Perpaduan itu menghasilkan sebuah karya musik yang ‘tidak biasa’. Cita rasa ini kemudian dimasukkan ke dalam karya Sinta.
Ketika ditanya apa yang ingin disampaikan pada audiens, Sinta menjawab bahwa dia membebaskan karyanya untuk diterjemahkan oleh orang yang menyaksikan.
Dia ingin agar orang-orang yang menikmati hasil karyanya bisa menciptakan sendiri narasi dari karyanya. Bagi Sinta, karya seninya tak selalu menceritakan narasinya sendiri, tapi juga orang-orang yang menikmati karyanya.