Keinginan ini semakin kuat ketika salah satu teman Rahmi yang ikut acara di Malaysia mendengar bahwa kebaya berasal dari sana.
Lebih lanjut, mereka ingin kebaya tak hanya diasosiasikan oleh suku Jawa saja. Kebaya adalah milik bangsa Indonesia. Dia sempat meneliti bahwa kemunculan kebaya itu di Sumatera, meski selama ini kebaya identik dengan pakaian orang Jawa.
Guna membuat kebaya diakui sebagai milik Indonesia, PBI kini sedang berjuang agar kebaya diakui oleh the United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan dunia.
Mereka mendaftarkan kebaya sebagai warisan tak benda asal Indonesia. Seperti batik, semua orang tahu asalnya dari Indonesia.
Dirinya pun mengajak seluruh masyarakat untuk ikut melestarikan kebaya agar tidak kena “tsunami” budaya alias hilang karena tergerus budaya lain.
Tren budaya Barat dan Korea yang banyak peminatnya, menjadi salah satu ancaman kebaya terkena tsunami budaya.
Upaya lain yang dilakukan oleh komunitas PBI untuk melestarikan kebaya adalah meminta pemerintah menetapkan Hari Berkebaya Nasional laiknya Hari Batik.
Usulan ini pun telah mendapat dukungan dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).
Kemenko PMK dan Kementerian Keuangan pun telah mencanangkan program Selasa Berkebaya di lembaganya. Setiap Selasa, para karyawan perempuan kedua kementerian tersebut diwajibkan untuk memakai kebaya ke kantor.
Diharapkan, perjuangan komunitas PBI tersebut segera membuahkan hasil dan semakin banyak perempuan yang memilih kebaya sebagai busana harian. Anda mau ikutan?
Sekretariat PIS